Peta india lama..
Perbatasan antar
kerajaan jarang berupa pagar atau tembok dengan pos penjagaan. Yang sering
dipakai perbatasan adalah wilayah alami seperti: sungai, hutan, gunung, dan
lembah. Sungai sering dijadikan perbatasan bagi dua kerajaan yang berdekatan.
Kadang-kadang, terdapat hutan belantara yang labih luas daripada kerajaan itu
sendiri dan dijadikan suatu daerah perbatasan. Pegunungan seperti Himalya,
Windya dan Sahya juga dijadikan perbatasan alami.
periodisasi kerajaan yang ada di India:
Zaman Batu 70.000–3300 SM
Kebudayaan Mehrgarh · 7000–3300 SM
Peradaban
lembah sungai Indus 3300–1700 SM
Kebudayaan
Harappa 1700–1300 SM
Zaman
Weda 1500–500 SM
·Zaman
besi · 1200–500 SM
· Kerajaan
dalam Weda 1200–700 SM
Maha
Janapadas 700–300 SM
Kerajaan
Magadha 1700 SM–550
M
· Dinasti
Maurya · 321–184 SM
Kerajaan
tengah 230 SM–1279 M
· Kerajaan
Satawahana · 230 SM–199 M
· Kerajaan
Kushan · 60–240
· Kerajaan
Gupta · 240–550
· Kerajaan
Pala · 750–1174
· Kerajaan
Chola · 848–1279
Kesultanan
Islam 1206–1596
·
Kesultanan Delhi ·
1206–1526
·
Dekhan · 1490–1596
Kerajaan
Hoysala 1040–1346
Kerajaan
Kakatiya 1083–1323
Kerajaan
Wijayanagara 1336–1565
Kerajaan
Mughal 1526–1707
Kerajaan
Maratha 1674–1818
Masa
kolonial 1757–1947
Zaman
modern tahun 1947 ke atas
Peta Dakwa Agama Budha semasa pemarintahan maharaja Asoka (260-218)
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua konsili (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.
Konsili Budha Pertama (abad ke 5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
Konsili Kedua Budha (383 SM)
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika.
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah menurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.
Konsili ketiga Budha (250 SM
Maharaja Asoka memprakarsai Konsili Buddha ketiga sekitar tahun 250 SM di Pataliputra (sekarangPatna). Konsili ini dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah rekonsiliasi mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
Kanon Pali (Tipitaka, atau Tripitaka dalam bahasa Sanskerta, dan secara harafiah berarti "Tiga Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukan tradisional Buddha dan dianggap diturunkan langsung dari sang Buddha, diresmikan penggunaannya saat itu. Tipitaka terdiri dari doktrin (Sutra Pitaka), peraturan monastik (Vinaya Pitaka) dan ditambah dengan kumpulan filsafat (Abhidharma Pitaka).
Usaha-usaha Asoka untuk memurnikan agama Buddha juga mengakibatkan pengucilan gerakan-gerakan lain yang muncul. Terutama, setelah tahun 250 SM, kaum Sarvastidin (yang telah ditolak konsili ketiga, menurut tradisi Theravada) dan kaum Dharmaguptakamenjadi berpengaruh di India barat laut dan Asia Tengah, sampai masa Kekaisaran Kushan pada abad-abad pertama Masehi. Para pengikut Dharmaguptaka memiliki ciri khas kepercayaan mereka bahwa sang Buddha berada di atas dan terpisah dari anggota komunitas Buddha lainnya. Sedangkan kaum Sarvastivadin percaya bahwa masa lampau, masa kini dan masa depan terjadi pada saat yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar